Sabtu, 30 Agustus 2008

Mempertanyakan teori darwin

ILMIAHKAH TEORI DARWIN?

Oleh: Sunarno, S.Si.

(Pengajar Biologi di MTs Husnul Khotimah)

Buku The Origin of Spesies dianggap sebagai induk dari ajaran evolusi. Darwin memaparkan penyajian di dalam buku tersebut sangat detil sehingga menyeret para pembacanya untuk mengakui bahwa hukum evolusi itu memang benar. Darwin mengemukakan bahwa semua organisme yang ada atau yang sudah ada, telah berkembang dari beberapa bentuk yang sangat sederhana atau dari satu bentuk saja, lewat suatu proses keturunan dengan modifikasi. Karena proses itu berjalan secara terus menerus ke banyak arah, maka individu yang mengalami suatu variasi khusus, akan memiliki sedikit kemajuan bila dibandingkan dengan para pesaingnya dalam lingkungan yang tertentu.

Darwin mengajukan teorinya berdasarkan argumentasi adanya variasi antar individu dan seleksi alam (Survival of The Fittest).

Ketika kita dihadapkan pada argumentasi tentang tidak adanya dua individu yang sama, kita tidak mempunyai pilihan lain kecuali hanya bisa membenarkannya. Kita selalu menghadapi variasi antara individu di sekitar kita. Hanya peristiwa luar biasa berupa kelahiran kembar identik yang berada di luar asumsi ini. Meskipun demikian perhitungan ilmiah masih memungkinkan menerima argumentasi tersebut karena angka kejadian kembar identik belum tentu terjadi satu di antara satu juta penduduk.

Survival of the fittest merupakan formulasi yang juga mau tidak mau kita sangat kerepotan untuk membantahnya. Sangat jelas organisme yang tidak sesuai dengan kondisi lingkungannya akan tersingkir. Jika tetap juga tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang baru maka hanya kepunahanlah yang akan terjadi.

Domestikasi yang dilakukan oleh manusia secara tidak langsung justru semakin memperkuat asumsi ini. Para peternak tentu lebih memilih jenis ternak yang mempunyai kualitas yang bagus. Demikian juga para petani tidak mau menggunakan bibit yang rentan terhadap serangan hama, atau yang tidak segera memberikan hasil. Pilihan-pilihan yang demikian itu dapat mengakibatkan jenis-jenis liar menjadi semakin terdesak. Atau bahkan beberapa spesies (jenis) dengan sengaja dimusnahkan oleh manusia karena dianggap sama sekali tidak menguntungkan atau bahkan merugikan.

Adanya organisme yang hanya mendiami daerah yang terbatas semisal komodo, badak jawa, tapir, burung cendrawasih, kanguru; semakin memperkuat asumsi survival ini. Yang paling sesuai maka organisme itu yang akan mempertahankan jenisnya, yang lain mau tidak mau tersingkir dan tidak ada pilihan yang lain.

Jadi, ilmiahkah teori Darwin? Jangan tergesa-gesa untuk mengambil sebuah kesimpulan. Kita lacak buku The Origin of Species Bab VII, yang secara khusus membahas tentang berbagai keberatan terhadap teori seleksi alam dan dipertegas dalam bab sebelumnya dengan judul kesulitan teori ini. Ditambah lagi Bab X membicarakan tentang catatan geologi yang tidak sempurna.

Bab VI membahas tentang kesulitan-kesulitan teori yang dicoba untuk dijabarkan secara panjang lebar. Kita cukup membahas kesulitan teori yang pertama di antara empat kesulitan yang dicantumkan di dalam The Origin of Spesies. Kesulitan ini pula yang dicantumkan dalam tiga bab yang dimaksud. Kesulitan teori itu adalah jika spesies memang berasal dari dari spesies lain melalui perubahan yang baik, mengapa kita tidak melihat banyak bentuk transisi dimana-mana?

Darwin mencoba menguraikan jawabannya terhadap keberatan ini bahwa rekaman geologi dilihat secara keseluruhan memang tidak sempurna. Lebih lanjut tidak sedikit Darwin mengemukakan argumen-argumennya tidak dengan bersandarkan pada penelitian yang mendalam akan tetapi memberikan penjelasan berdasarkan asumsi seperti dalam ringkasan menyatakan mengenai penyebab ketidaklengkapan rekaman geologi ini di dalam ilustrasi imajiner. Darwin mengkomparasikan imajinernya antara Eropa dengan Kepulauan Malaya.

Kepulauan Malaya saat ini diasumsikan menyerupai formasi Eropa tahap berakumulasi. Malaya dinilai mempunyai kekayaan organisme yang melimpah, akan tetapi tidak banyak yang tersimpan secara sempurna karena endapan sediment tidak cukup guna melindungi jasad-jasad organic dari kerusakan.

Realita saat ini kalau kita menengok Situs Pra Sejarah Sangiran, wilayah terluas di dunia tempat ditemukannya fosil. Benar Bengawan Solo ada sejak masa Pra Sejarah berdasarkan hitungan geologi, sehingga dapat dikatakan sungai purba yang masih ada hingga saat ini, meskipun dengan beberapa titik mengalami pergeseran lokasi. Di Sangiran ditemukan fosil makhluk lautan dan juga daratan Peninggalan Bengawan Solo hanya memberikan gambaran bahwa daratan dan lautan tidak kekal posisinya. Akan tetapi tidak bisa memberikan penjelasan dengan baik benarkah ada mata rantai evolusi organic (kehidupan) yang bisa mewakili asumsi Darwin.

Sangiran dengan Bengawan Solo yang memiliki wilayah paling luas ditemukannya fosil tidak bisa menjelaskan runtutan evolusi, lantas bagaimana dengan daratan Amerika, Eropa, Afrika yang memiliki wilayah lebih sempit?

Jika kita kaitkan dengan metodologi ilmiah, dikatakan ilmiah adalah salah satunya jika bisa ditelusuri kembali oleh pihak lain. Fakta yang ada justru sebaliknya semakin banyak pihak-pihak yang mempertanyakan keabsahan teori evolusi. Genetika Mendel yang diklaim sebagai kelanjutan evolusi tidak bisa memberikan gambaran bagaimana spesies-spesies transisi itu terbentuk dan kemudian punah. Justru sebaliknya memberikan gambaran yang jelas tentang kekhasan organisme yang hanya diwariskan kepada jenisnya bukan ke bentuk lain. Sistem klasifikasi (tata nama hewan dan tumbuhan - Binomium nomenklature) Linaeus bisa berdiri sendiri dengan mengabaikan teori evolusi, karena kemiripan morfologi (ciri-ciri fisik), sistem dalam tubuh makhluk hidup adalah sesuatu yang tidak sulit untuk dipelajari dan ditelaah kembali.

(pernah dimuat di majalah husnul khotimah)

Tidak ada komentar: