Sabtu, 13 September 2008

PUISI-PUISI di MAJALAH HK

DIENG AGUSTUS

Perapian menyengat tinggal arang

Asap mengukir kepalsuan angan

Meliuk-liuk

Bau kemenyan menyedak

Aduh pengap

Angin mendesak minta tempat

Secangkir kopi tak lagi hangat

Sebongkah jagung mampir ke

Obrolan tak tentu asal bicara

Atap langit tinggal sejengkal

Berkelebat membalik senja

Engkaukah itu?

Yang bikin gigil cemara kaku

Tak ada gerimis kadang bersalju

2000

KEMARAU

Debu berputar menyambar dedaunan

Rongsokan berserakan beterbangan

Memainkan lagu ombak

Harmoni semesta sajak

Melodi pertarungan

Sejak matahari lagi ternakar

Awan tak sanggup mengumpul

Mata air pindah ke manusia

Tak lagi punya air mata

3/98

KABUT ITU TURUN

(Dieng suatu hari)

Embun memeluk erat batu beku

Nafas menekan dada hingga sesak

Selimut tebal menggulung sepi

Tak jua beranjak

Tanpa perapian penghangatan

Pagi-pagi matahari tergadaikan

Bumi kaku menenggak malam

Langit kian tak ada jarak

Gunung merunduk terbalut kaku

Cemara hanya mampu berjajar gigil

Rumah-rumah memutih ditelan kabut

Kampong mati senyap

Embun memeluk erat batu beku

Daun-daun resah dalam igau

Melayang-layang tanpa tempat berpijak

Aku sujud dalam sunyi

2000

AKHIR RAMADHAN

Bulan ini penuh harap

Sejengkal telah pergi

Mengais-ngais sisa

Masih kutemui

Masih kudapati

Sedang nyawaku tak kumaknai

Sujudku belum tunduk

Rukukku belum khusyu’

Rumahku belum kokoh

Tiang-tiangnya masih rapuh

Digerogoti rayap kemunafikan

jalanMu sering kulalui

ya Ghafur ampunkan hamba

awal 2000

1 komentar:

penakayu mengatakan...

apa kabar mas penyair he he