DIENG AGUSTUS
Perapian menyengat tinggal arang
Asap mengukir kepalsuan angan
Meliuk-liuk
Bau kemenyan menyedak
Aduh pengap
Angin mendesak minta tempat
Secangkir kopi tak lagi hangat
Sebongkah jagung mampir ke
Obrolan tak tentu asal bicara
Atap langit tinggal sejengkal
Berkelebat membalik senja
Engkaukah itu?
Yang bikin gigil cemara kaku
Tak ada gerimis kadang bersalju
2000
KEMARAU
Debu berputar menyambar dedaunan
Rongsokan berserakan beterbangan
Memainkan lagu ombak
Harmoni semesta sajak
Melodi pertarungan
Sejak matahari lagi ternakar
Awan tak sanggup mengumpul
Mata air pindah ke manusia
Tak lagi punya air mata
3/98
KABUT ITU TURUN
(Dieng suatu hari)
Embun memeluk erat batu beku
Nafas menekan dada hingga sesak
Selimut tebal menggulung sepi
Tak jua beranjak
Tanpa perapian penghangatan
Pagi-pagi matahari tergadaikan
Bumi kaku menenggak malam
Langit kian tak ada jarak
Gunung merunduk terbalut kaku
Cemara hanya mampu berjajar gigil
Rumah-rumah memutih ditelan kabut
Kampong mati senyap
Embun memeluk erat batu beku
Daun-daun resah dalam igau
Melayang-layang tanpa tempat berpijak
Aku sujud dalam sunyi
2000
AKHIR RAMADHAN
Bulan ini penuh harap
Sejengkal telah pergi
Mengais-ngais sisa
Masih kutemui
Masih kudapati
Sedang nyawaku tak kumaknai
Sujudku belum tunduk
Rukukku belum khusyu’
Rumahku belum kokoh
Tiang-tiangnya masih rapuh
Digerogoti rayap kemunafikan
jalanMu sering kulalui
ya Ghafur ampunkan hamba
awal 2000
1 komentar:
apa kabar mas penyair he he
Posting Komentar